Hidup dari kacamata pelajar muda.

Wednesday, August 6, 2008

Obsesi : Selebriti

Setelah melalui riset dan penelitian pasar secara berbulan-bulan, mendalam, mendetail dan seksama (baca; nonton infotainment, baca tabl0id gosip), akhirnya gw menyimpulkan kalau industri hiburan di Indonesia itu besar dan perputarannya cepat sekali.
Maksudnya, antara artis lama dan artis baru terkenal dan menghilangnya cepettt bgt, belum lagi, sekarang ini didominasi sama anak remaja, katakanlah ABG, melihat jam tayang prime (malam hari) di dominasi sama anak2 muda.

Yang tua-tua? Berperan jadi emaknya si peran utama saja. Hohoho.
Begitupun di musik, band/penyanyi baru datang dan pergi begitu cepatnya, sampai kadang gw malas mengikuti perkembangannya.

Hal ini beda di negara yang gw tau (Spore sama Malaysia). Di spore, perputaran artisnya lamaaaaa bgtt... malah cenderung itu-itu saja. busyet deh. bosen... saking sedikitnya artis disini.
Habis anak sini lebih suka artis luar (Taiwan, Barat, daripada negaranya sendiri)
Kalau di Malaysia, industrinya besar juga, tp ga didominasi sama remaja...
Kalo di US...
Kayaknya the old still hold the crown. Terbalik dari Indonesia, yang tua2 sangat di respect dan masih mendominasi pasar. (Tua= diibaratkan kualitas).

Saking banyaknya artis di Indonesia, sebut saja, artis terkenal, artis papan atas, artis spesialis film horor, artis numpang masuk infotainment, artis (sok) terkenal, artis pendatang baru, dsb, dst... bla bla bla..
Hal ini menimbulkan sindrom keartisan di kalangan remaja. Ya ngga semua remaja lah, tapi pasti keinginan untuk terkenal itu ada.
Sayang, karena ini juga, byk yang neglect sekolah, mendewakan pekerjaan sebagai selebriti, dsb, dst. Selebriti dianggap pekerjaan 'high-class', mengingat cepatnya pendapatan yang dapat diraih dalam waktu singkat.
Padahal, sebnernya mereka pekerja seni. Nothing's great. Kenapa begitu didewakan?
Dari kasting, kontes bakat, kontes coverboy/gadis sampul, remaja skrg berlomba2 untuk dikenal.

Bukannya jelek, I do understand, siapa sih yang tidak ingin dikenal, tidak ingin dapat uang banyak... Fenomena ini bukan di Indonesia saja kok. Tpi coba deh, di Korea misalnya, seorang gamer profesional (online gamers) dianggap pekerjaan dewa dan remaja berlomba2 menjadi mereka.
Atau di China, anak2nya kepingin jadi atlet untuk membela bangsa..
Tidakkah ada cita-cita yang lebih baik dibanding artis belaka?

Miris hati mendengar banyaknya jawaban anak2 ICS yang kalau ditanya cita2, rata2 jawabnya "artis". Tapi mo gimana juga sih, yang ditanya artis, ya tentu saja akan terus kepingin menjadi artis. Bukan cita-cita yang jelek, bukan obsesi yang hina. Bagus kok.
Yang gw takutkan mereka cuma terbias dengan ilusi kalau artis itu gampang, cepet dapet duit, dsb, dst. Semangat kerja kerasnya jadi berkurang dong...

Not that I say being seorang entertainer itu gampang, saya sendiri yang sudah berpengalaman (hehehe, tapi boong), tahu kok susahnya jadi orang terkenal. Digosipin yang aneh-aneh, jadi buah bibir, kalau jalan banyak yang bisik2, belum lagi kalau ada yang colak-colek, komentar menjatuhkan,...
Ada kok ga enaknya. Setiap pekerjaan ada negatif dan positifnya...

But admit it, seenggak enak apapun itu, spertinya positifnya sedikit melebihi, kalau enggak kok masih banyak yang mau?
Dan perlu diakui lagi, emang entertainer terlihat mudah (meski sebenarnya tidak seperti yang terlihat). Cuap-cuap sedkit, akting semalam, uangnya sudah ada..
Meski bukan pekerjaan yang menjamin seumur hidup, tapi pekerjaan artis ini dilihat jadi jalan keluar untuk mengubah nasib orang. Ga heran, banyak orang berobsesi ingin jadi selebriti.

Kalau saya seorang dewa yang dapat mengubah nasib, saya bakal nuker apa yang artis dapat dan nasib seorang guru. Ya ampun, guru itu pekerjaan sulit. Ngurus anak murid, menilai banyaknya kertas ulangan, menanggapi bandelnya anak-anak, belum lagi mendidik dan mengubah mereka menjadi orang berguna.
Kok bayaran mereka sedikit sekali???
Kenapa nggak seperti artis, sapa lah, si Dude Harlino kek, yang tarif syutingnya satu episode 30juta.
Kalau saya pengubah nasib, nasib guru bakalan gw rubah jadi seperti selebriti. Ngajar sehari, dapet 30juta, biar banyak yang bercita-cita sebagai guru.
Biar negara ini pinter-pinter semua penduduknya..

Ya.. mudah2an saja teori obsesi : selebriti gue ini salah.
Moga2 remaja sekarang nggak sperti yg gw kira.
Punya cita2 yang bagus semuanya...

Oh well, just my random thought..

Moga-moga saja di pelosok Indonesia nantinya, ada anak yang tinggal jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota, dan memiliki ambisi,
"Aku mau jadi seperti Bung Karno".
"Aku mau jadi pemimpin bangsa."
"Aku mau membuat Indonesia bangga. Lebih dari negara manapun di dunia ini."

3 Comments:

Blogger Unknown said...

Waduh,trnyata blog k'arlha jg ad unsur pendidikan di posting brunya.Di blog gw & k'shera jg bhas tntang pndidikan.Seleb? Hmm...gw sndri pnya obsesi jd penyanyi (slaen wartawan),tapi bner kt k'arlha,guru hrusnya dpt prlakuan lbh.Kalo ga ad guru,artis bhkan presiden pun ga bkalan ada.Ya ga? K'arlha akhr2 ni ckup sering posting ni,trus gw tnggu ya posting brunya!

August 7, 2008 at 2:41 AM

 
Blogger Shera said...

lha, kalo aku bilang,"aku mau jadi anak yg berguna bagi nusa dan bangsa". gimana? hehe. kayknya klasik bgt ya.hehehehehe.

August 7, 2008 at 10:09 AM

 
Blogger Arlha said...

suryananda = ohohoho. iya, tapi rata2 positngan settingan semua.

jadi dalam 1 hari, nulis 3-4 post buat 1 minggu.

shera- hhoho, gppla, biar klasik, klo bener2 ada yg amalin kan bgus..

August 8, 2008 at 10:58 PM

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home